Apa itu Terapi Ultrasound
Terapi ultrasound adalah metode pengobatan yang menggunakan teknologi ultrasound atau gelombang suara untuk merangsang jaringan tubuh yang mengalami kerusakan. Walaupun telah lama digunakan di bidang kedokteran untuk berbagai tujuan, teknologi ultrasound lebih dikenal sebagai alat pemeriksaan daripada sebagai alat terapi. Salah satu keuntungan terapeutik dari ultrasound yang belum terlalu dikenal adalah pengobatan cedera otot. Oleh karena itu, terapi ultrasound sering digunakan dalam pengobatan muskuloskeletal dan cedera akibat olahraga.
Keberhasilan penggunaan teknologi ultrasound sebagai alat terapi bergantung pada kemampuannya untuk merangsang jaringan yang ada di bawah kulit dengan menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi, mulai dari 800.000 Hz – 2.000.000 Hz. Efek penyembuhan dari ultrasound pertama ditemukan pada sekitar tahun 1940. Awalnya, terapi ini hanya digunakan oleh terapis fisik dan okupasi. Namun, saat ini penggunaan terapi ultrasound telah menyebar ke cabang ilmu kedokteran lainnya.
Cara Kerja Terapi Ultrasound
Terapi ultrasound memiliki banyak tingkat, tergantung pada frekuensi dan intensitas dari suara yang digunakan. Tingkat keragaman yang tinggi ini sangat menguntungkan untuk alat terapeutik karena terapis dapat menyesuaikan intensitas terapi agar sesuai dengan penyakit yang ditangani. Namun pada dasarnya terapi ultrasound bekerja dengan menggunakan gelombang suara yang ketika dipancarkan pada bagian tertentu tubuh dapat meningkatkan suhu dari jaringan tubuh yang rusak.
Secara khusus, terapi ultrasound dapat dipergunakan pada keadaan keadaan berikut :
- Spasme otot yang merupakan keadaan ketegangan dan kontraksi otot yang berlangsung terus menerus sehingga timbul rasa nyeri. Kontraktur otot yang diakibatkan oleh keteganagan otot dapat diatasi dengan ultrasound karena ultrasound memiliki efek meningkatkan kelenturan jaringan sehingga meningkatkan jangkauan gerak.
- Kompresi akar saraf dan beberapa jenis neuritis (radang saraf) karena peningkatan aliran darah dari jaringan yang dipanaskan dengan terapi ultrasound dapat mempercepat penyembuhan jaringan.
- Tendinitis (peradangan tendon)
- Bursitis (peradangan bursa yang merupakan kantong berisi vcairan yang berada diantara tendon dan tulang.
- Herniasi diskus yang merupakan keadaan bocornya cairan diskus intervertebral sehingga dapat menjepit saraf spinal. Pada keadaan ini, terapi ultrasound ditujukan pada spasme otot yang dipersarafi.
- Sprain yang merupakan laserasi pada ligamen sendi.
- Kontusi yang merupakan cedera pada jaringan dibawah kulit tanpa adanya perlukaan kulit.
- Whiplash yang merupakan cedera pada leher akibat gerakan yang mendadak.
- Cedera rotator cuff yang merupakan cedera pada otot dan tendon yang menghubungkan ihumerus dengan scapula. Tendon pada rotator cuff biasanya kuat akan tetapi dapat mengalami robekan dan peradangan akibat penggunaan yang berlebihan, proses penuaan ataupun trauma mekanis akibat benturan.
- Frozen shoulder (bahu beku) dengan gejala nyeri bahu dan kekakuan yang diakibatkan oleh cedera atau arthritis. Pada keadaan ini, terapi ultrasound dapat mengurangi kekakuan dan meningkatkan jangkauan gerak sendi.
- Arthritis yang merupakan peradangan sendi. Beberapa jenis arthritis yang dapat diperbaiki dengan terapi ultrasound adalah :
- Osteoarthritis yang merupakan gangguan pengikisan kartilago persendian yang terjadi secara progresif.
- Rheumatoid arthritis yang merupakan gangguan peradangan jangka panjang yang terutama mengenai persendian dan jaringan sekitar.
- Juvenile rheumatoid arthritis merupakan jenis arthritis pada anak yang menyebabkan kerusakan, kekakuan dan perubahan pada persendian.
- Ankylosing spondylitis yang merupakan peradangan sendi pada tulang belakang dan antara tulang belakang dan panggul. Apabila berlanjut tulang dapat mengalami penyatuan.
- Gout yang merupakan jenis peradangan yang disebabkan oleh penumpukan asam urat dalam tubuh.
- Psoriatic arthritis yang merupakan jenis arthritis yang disertai dengan rash pada kulit.
- Reiter’s syndrome yang merupakan arthritis yang disertai peradangan urethra dan mata.
- Myofascial pain syndrome yang merupakan gangguan yang dicirikan dengan nyeri dan kekakuan akibat ketegangan otot.
- Fibromyalgia merupakan keadaan yang dicirikan dengan nyeri otot yang luas, kelelahan serta gangguan tidur.
- Systemic lupus erythematosus yang merupakan gangguan autoimun yang mempengaruhi persendian, kulit dan area lain dalam tubuh.
- Gangguan persendian temporomandibular dengan gejala nyeri pada persendian temporo-mandibular, sakit kepala, sakit telinga, timbul suara pada pergerakan rahang, nyeri leher, nyeri punggung dan nyeri bahu.
- Complex regional pain syndrome yang merupakan gangguan dimana terjadi nyeri terus menerus pada tungkai yang disebabkan oleh system saraf simpatis yang overaktif yang biasa terjadi setelah cedera.
- Carpal tunnel syndrome dengan gejala nyeri atau kebas yang disebabkan adanya tekanan pada saraf pada pergelangan tangan.
- Penyembuhan luka untuk meningkatkan aliran darah sehingaga mempercepat penyembuhan luka tersebut.
Pelaksanaan Ultrasound Therapy
Sebelum diadakan terapi dilakukan penilaian awal tentang perjalanan penyakit, riwayat kesehatan serta pemeriksaan fisik. Penderita diminta untuk menggambarkan secara detil rasa nyeri yang dialami. Pada beberapa kasus terapi ultrasound dilakukan setelah dilakukan terapi dengan mempergunakan modalitas lain seperti bantal pemanas, bantal pendingin atau terapi listrik.
Berdasarkan pada area yang terkena, penderita diminta untuk duduk atau berbaring selama dilakukan terapi dengan ultrasound. Penderita diminta untuk melepas perhiasan. Apabila dipandang perlu, penderita dapat diminta untuk menggunakan jubah sehingga area terapi lebih mudah diakses. Beberapa teknik yang dapat dilaksanakan pada terapi dengan ultrasound antara lain meliputi :
a. Kontak langsung dengan kulit
Ahli fisioterapi kemudian membersihkan area yang akan diterapi. Area tersebut kemudian diberi gel sehingga terbentuk konduksi yang sempurna antara alat terapi (transducer) dan kulit.
b. Penggunakan dalam air
Pada lokasi tubuh yang tidak memiliki banyak lekuk seperti pinggang, siku, lutut dan sebagainya, terapi ultrasiund dapat dilakukan dibawah air. Bagian yang cedera direndam dalam air kemudian transducer diletakkan kurang lebih 1 cm dari bagian yang akan diterapi. Pada keadaan ini air merupakan konduktor yang rapat sehinga dapat meningkatkan aliran energi. Supaya aliran energi berjalan lancar, gelembung yang terbentuk apda kulit harus segera dibersihkan. Pada pelaksanaan terapi ini tranducer dapat digerakkan dengan arah sirkuler maupun longitudinal. Pelaksananaan terapi ini harus menggunakan tempat yang terbuat dari plastik atau karet dan menghindari tempat yang terbuat dari logam mengingat logam cenderung memantulkan gelombang.
c. Penggunaan dengan medium balon beisi air (bladder technique)
Selain menggunakan medium air, pada kasus tertentu juga dapat menggunakan medium antara berupa balon yang diisi air (bladder technique).
d. Kombinasi dengan obat farmakologis (phonophoresis)
Kadang dilakukan teknik phonophoresis, dimana terapi ultrasound dilakukan untuk meningkatkan absorbsi obat topical kulit misalkan kortikosteroid, analgesik atau
anesthetic. Jenis kortikosteroid yang berfungsi sebagai anti radang yang sering dipakai adalah hidrokortison 10%, sedangkan jenis anestetik yang sering dipakai adalah lidokain.
Dosis dan Durasi Ultrasound Therapy
Frekuensi, intensitas dan durasi tergantung pada keadaan individual. Ahli terapi akan meletakkan transducer pada area yang mengalami gangguan dan kemudian melakukan gerakan memutar. Transducer harus digerakkan secara terus menerus untuk menghindari luka bakar. Transducer tidak boleh diletakkan pada mata, tengkorak, tulang belakang, jantung, organ reproduktif dan area dimana terdapat implant.Terapi dapat dilakukan deegan menggunakan dua cara yakni kontinyu dan intermitten.
Pada metode kontinyu, gelombang ultrasound dibuat tetap sedangkan pada metode intermitten, gelombang ultrasound terputus putus. Dengan metode intermitten resiko luka bakar dapat diminimalkan. Selama terapi penderita seharusnya merasakan rasa hangat atau tidak merasakan sensasi apapun. Apabila ada rasa tidak nyaman, terapi harus dihentikan. Biasanya waktu terapi yang dibutuhkan berkisar 5 sampai dengan 10 menit.
Setelah itu penderita dapat beraktivitas seperti semula. Sebagian besar gejala memerlukan terapi selama beberapa episode tergantung evaluasi klinis dari terapis. Kemajuan terapi dapat dinilai dengan menggunakan skala nyeri atau goniometer, yang merupakan alat untuk mengukur jangkauan gerak sendi.
Resiko Ultrasound Therapy
Terapi ultrasound berbahaya apabila dilakukan di sekitar area perut wanita hamil. Terapi ini juga memiliki efek negatif pada area yang mengalami keganasan atau area pertumbuhan tulang. Terapi ini juga tidak direkomendasikan pada penderita dengan gangguan persepsi nyeri dan panas misalkan pada penderita diabetes dengan neuropathy.
Terapi ultrasound pada dasarnya aman untuk sebagian besar orang. Walaupun demikian apabila dilakukan oleh orang yang tidak berpengalaman dapat menimbulkan luka bakar atau kerusakan jaringan dalam.
Terapi ini tidak direkomendasikan pada :
- Kepala, mata, jantung dan organ reproduksi.
- Perut wanita hamil
- Luka yang mengalami infeksi.
- Di dekat tumor
- Di dekat area pertumbuhan tulang misalkan pada epifisis
- Di dekat sumsum tulang belakang yang terekspose misal paska laminectomy
- Di dekat alat pacu jantung dan alat implant lainnya
- Penderita gangguan sensasi saraf misal pada diabetic neuropathy
SUMBER : https://www.docdoc.com/id/info/procedure/terapi-ultrasound/
https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-terapi-ultrasound-pada-fisioterapi/12965/2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar