Albuminuria adalah simtoma terdapatnya sejumlah konsentrasi albumin di dalam urin. Albumin yang mencapai ginjal melalui pembuluh darah pada umumnya akan mengalami filtrasi pada glomerulus dan diserap kembali oleh tubula proksimal menuju sirkulasi darah. Laju albumin yang terlepas dari penyerapan proksimal ke dalam urin, yang melebihi 150 miligram/24 jam telah dianggap secara medis sebagai patologis.[1]
Walaupun dropsy atau anasarca telah dikenali sejak berabad yang lalu, pada tahun yang pasti 1827 Richard Bright pertama kali mengemukakan bahwa beberapa kasus edema disebabkan oleh adanya penyakit pada ginjal, yang kemudian dikenal sebagai penyakit Bright. Diagnosis edema yang menyatakan ginjal sebagai asal usul edema kemudian didasarkan pada adanya konsentrasi albumin di dalam urin. Di dalam catatannya, Reports of medical cases with a view of illustrating the symptoms and cure of diseases by a reference to morbid anatomy, Richard Bright menunjukkan pertamakalinya bahwa pemanasan urin dengan menggunakan sendok teh akan menghasilkan formasi sejenis protein serupa putih telur yang disebut "albumen", yang sekarang disebut albumin.
Beberapa istilah digunakan untuk menyatakan klasifikasi albuminuria antara lain adalah albuminuria-mikro jika laju ekskresi albumin ke dalam urin antara 2 hingga 200 mikrogram/menit[2] atau 30 hingga 300 miligram/24 jam,[3] dan disebut albuminuria-makro setelah laju ekskresi tersebut melebihi nilai 200 mikrogram/menit,[2] kemudian disebut proteinuria saat rasio albumin terhadap kreatinina lebih besar daripada 30 miligram/mmol[4]dengan laju ekskresi melebihi 0,5 gram per 24 jam.[2] Proteinuria yang disertai dengan hipertensi berakibat pada nefropati diabetik.[5] Pada hewan anjing, hal ini merupakan komplikasi jangka panjang dari simtoma hiperkortisolisme dan hiperadrenokortisisme.[6]
Proteinuria juga dapat dikategorikan dengan asal-mula "glomerular" selain "tubular", yang disebabkan oleh meningkatnya permeabilitas glomerular terhadap molekul makro. Peningkatan dapat terjadi pada lapisan glomerular yang dibentuk podosit atau sel mesangial, maupun pada lapisan endotelial renal yang disebut membran dasar glomerular.[7] Enzim heparanase diketahui juga menyebabkan degradasi pada membran tersebut.[8]
Pada lintasan podosit, TGF-β1, sebuah sitokina fibrogenik selalu mengalami peningkatan saat ginjal meradang.[9] TGF-β1 kemudian menekan protein diafragma pada celah podosit seperti P-cadherin, zonula occludens-1, dan nefrin. Sementara itu, TGF-β1 juga menginduksi ekspresi protein filamen seperti desmin, fibronektin dan kolagen-1, dan menstimulasi sekresi enzim MMP-9 oleh podosit. Sinergi endokrin dan parakrin di atas akan mengakibatkan sel epitelial termasuk podosit mengalami dediferensiasi menjadi sel mesenkimal, dan meningkatnya permeabilitas pada lapisan tunggal podosit, hingga dapat dilalui albumin.
Proteinuria lebih lanjut dikategorikan berdasarkan jenis protein yang terekskresi selain albumin, misalnya globulin, rantai ringan kappa atau lambda, atau protein Tamm Horsfall yang terbentuk dari nefron yang rusak. Sedangkan albuminuria persisten merupakan salah satu faktor dari sindrom metabolisme dan dapat menjadi petunjuk awal adanya peningkatan risiko penyakit renal dan kardiovaskular yang terkait dengan resistansi insulin dan disfungsi jaringan endotelial, akibat tidak normalnya atau terbaliknya fungsi filtrasi pada glomerulus.[2] Beberapa diagnosa yang dapat terjadi dari albuminuria antara lain:[10]
- Penyakit renal primer
- Glomerulonefritis, baik yang bersifat idiopatik maupun yang terjadi akibat hepatitis, malaria dan lain-lain
- Tubulointerstitial disease (toxic, allergic, vascular, infective, hereditary)
- Penyakit renal yang terkait dengan kelainan metabolisme
- Glomerulosklerosis diabetik
- Systemic lupus erythematosus
- Amiloidosis, dengan atau tanpa mieloma
- Vaskulitis (allergic, polyarteritis, SLE, dll.)
- Neoplasia
- Toksin (heavy metals, drugs, allergens)
- Hemodinamik seperti congestive heart failure, constrictive pericarditis, renal vein thrombosis
- Mieloma multipel (IgG, IgA, IgD, IgE, dan rantai ringan bebas)
- Waldenström's macroglobulinuria (primarily IgM)
- Mu heavy chain disease
- Idiopathic monoclonal gammopathy
- Limfoma
Adanya busa yang berlebihan ketika buang air kecil dapat menjadi pertanda awal simtoma albuminuria, walaupun urin yang berbusa juga dapat disebabkan oleh hal yang lain seperti defisiensi tiamina, hipertensi portal, kekurangan hepatoselular, tirotoksikosis, anemia dan penggunaan obat-obatan anti-peradangan berjenis non-steroid yang umumnya menyebabkan reabsorpsi garam darah
Cara mengatasi albuminuria |
Cara mengatasi albuminuria – Albuminuria adalah suatu penyakit ginjal, Albuminuria terjadi karena ditemukannya protein albumin yang ada di dalam urine. Seharusnya Dalam urine normal, protein albumin seharusnya tidak ditemukan atau tidak ada. Hal ini bisa terjadi karena adanya kerusakan pada ginjal, terutama pada bagian glomerulus, maka protein akan lolos dari sarinyan ginjal dan keluar melalui urine.
Penyebab terjadinya penyakit albuminuria :
- Kurangnya asupan air ke dalam tubuh sehingga memperberat kerja ginjal.
- Asupan protein, kalsium dan vitamin C yang terlalu berlebihan juga dapat membuat glomerulus harus bekerja lebih keras sehingga resiko terjadinya kerusakan juga akan lebih besar.
- timbulnya oedem (pembengkakan berisi cairan) pada daerah – daerah tertentu. Oedem ini timbul karena kurangnya kadar protein albumin di dalam darah sehingga tekanan osmotic di dalam pembuluh darah semakin berkurang. Hal ini mengakibatkan cairan yang ada di pembuluh darah akan merembes ke jaringan – jaringan lain di luar pembuluh darah sehingga timbullah oedem.
Cara mengatasi albuminuria atau bahkan mengurangi resiko yang lebih fatal terjadinya albuminuria yaitu dengan cara membiasakan diri minum 8 gelas sehari, walaupun sebetulnya tidak merasa haus. Selain itu pencegahannya juga dapat dilakukan dengan tidak mengonsumsi hanya salah satu zat gizi saja secara berlebihan (misalnya hanya protein atau kalsium saja). Artinya makanan yang kita makan juga haru seimbang, baik dari segi jumlah maupun kadar gizinya.
Jika pertolongan pertama Cara mengatasi albuminuria sudah dilakukan seperti di atas tidak ada kemajuan atau sering kambuh lagi, pergilah ke dokter untuk berkonsultasi bagaimana Cara mengatasi albuminuria yang efektif.
SUMBER : https://id.wikipedia.org/wiki/Albuminuria
http://panduanonline.blogspot.com/2012/08/cara-mengatasi-albuminuria.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar